Jumat, 21 Maret 2025

aku lawan aku

Terdapat peperangan yang panjang dan takkan pernah usai,

itu adalah perkelahian antara kau dan kau,

kau dan kau, berdebat setiap saat,

mengenai benci atau cinta,

mengenai kecewa atau tertawa,

mengenai merana atau menerima,

betapa melelahkannya,

sebab takkan ada kemenangan atau kekalahan,

semua akan berakhir ketika sang waktu marah,

akhirnya, kematian menjadi satu-satunya penengah.



Senin, 03 Maret 2025

Terasing

 Orang cerdas berkata: jadilah dirimu sendiri!

Namun bagaimana jika, aku sudah lama mati? Yang tersisa hanyalah raga yang sehat dengan jiwa sekarat?

Pantaskah aku memperkenalkan diri dengan identitas yang telah lama rusak?

;

Rabu, 22 Maret 2023

Malam yang panjang 2

 




Tidak ada luka yang tidak bisa disembuhkan.


                                  ***


Euripdes berkata : “Kenikamatan terbesar dalam hidup adalah cinta.”

Anna berpikir kritis. Euripides tidak membual, cinta dalah sesuatu yang nikmat namun berat. Tergantung kepada siapa seseorang memberikannya.

Anna sendiri merasa bahwa cintanya sungguh laknat, dia melakukan segala cara untuk mendapatkan Zeean Vllouren tanpa memikirkan konsekuensi apa yang akan terjadi kepada mereka atau dirinya sendiri. Balasan dari itu semua adalah, dia memberikan hatinya kepada pria jahat.

Lagipula di muka bumi ini, wanita mana yang tidak menoleh ketika berpapasan dengann pria itu. bahkan saat seseorang mendengar namanya, “Zeean Vlllouren? Nama yang keren!” dalam sekejab mereka memuji tanpa melihat penampakannya.

Zeean Vllouren itu seperti daging besar yang menguggah setiap kaum hawa, dia incaran, mimpi dan khayalan untuk imajinasi mereka yang haus akan cinta dan kasih sayang.

Tentu hal lumrah apabila Anna cemburu kepada wanita-wanita yang berusaha mendekati pria itu. bukan hanya cemburu, dia takut kalau ada salah satu dari mereka yang berhasil meluluhkan Zeean Vllouren, mengalahkannya yang sudah berusaha selama bertahun-taun.

Cinta dalah jenis perasaan ternikmat, namun juga sumber luka terhebat.

“Lisa rich,” Anna mengulang nama itu dalam hatinya, saat pandangan mereka tidak sengaja bertemu di meja makan. perjamuan pesta masih berlangsung, mereka bertiga duduk diurutan paling depan, sehingga Anna bisa melihat pangung besar secara jelas. Posisi mereka seolah menohok Anna, menyindir Anna, dan dia juga merasa dibelakangi oleh Zeean Vllouren. Daripada menjadi sosok isteri, Anna tampak macam assisten atau seorang sahabat yang menemani kedua pasangan sejoli yang mabuk kasmaran berkencan. Lisa dan Zeean berbicara banyak, sementara Anna hanya diam memperhatikan walau kadang-kadang ikut menimpali. Pasalnya, Anna tidak mampu ikut berbicara mengenai topic mereka tentang, studi ilmiah, investasi atau politik. Anna tak banyak memahami konteks berat seperti itu.

“Sudah berapa tahun kalian bersama?”

Hening, Anna bingung, untuk kebersamaan mereka, tentu saja selama Sembilan belas tahun? atau hanya enam bulan saja, sesuai usia pernikahan mereka?

“Sembilan belas tahun,”

Jadi, Anna memutuskan untuk memamerkan hubungannya dengan Zeean Vllouren yang lebih erat dariapada yang orang lain pikirkan.

“Cukup lama,” saut Lisa, dia melirik Zeean yang menyesap anggur edisi lama dan terbatas, “jadi, bagaimana kalian bisa bertemu?”

Anna ikut menatap Zeean, dia berharap pria itu akan lebih dulu memulai kisah mereka, tetapi sepertinya pria itu tak tertarik sedikitpun.

“kau bisa bertanya kepada Zan Alyaz kalau begitu,” Anna mengukir senyum tipis, dengan penuh penekanan saat menyebut nama kelahiran suaminya, “kalian adalah teman akrab. Tentu bukan hal aneh jika kau bertanya seperti itu,”

Zeean memandang Anna, dia merasakan permusahan dalam kalimatnya. Ngomong,-ngomong, jika dilihat dari samping seperti ini, dengan ekspresi tegas, membuat Anna terlihat berbeda, agak sedikit keren? Entahlah.

Lisa terkekeh kaku, hatinya kecut menahan kesal,  namun wajahnya menunjukkan raut manis yang ditahan, “oh ayolah, dia pria yang pendiam mengenai kehidupan pribadinya,”

“Benarkah? Aku tidak tahu tentang itu, pasalnya, suamiku selalu menjadi sosok yang banyak bicara kalau didekatku,”

Anna beruapaya membuat Perbandingan mereka tampak jelas,  membual tentang betapa ekstrovert nya Zeean Vllouren jika bersamanya. Dia hanya berharap, Zeean tidak mengelak didepan wanita genit itu. agar dia tidak kehilangan muka.

“Entahlah, mungkin dia merasa tidak nyaman membicarakan isterinya didepanku,”

Omong kosong! Apa yang perlu dikhawatrikan tentang aku? Ujar Anna dalam hati.

Apakah Zeean ingin menjaga perasaan Lisa Rich dengan tidak membicarakan isterinya? Anna melihat Lisa melalui hunusan tajamnya, beberapa detik kemudian, sebuah seringaian muncul.  Anna tahu sekali, bahwa wanita yang terlihat dari kalangan baik-baik ini nyatanya hanyalah wanita murahan yang menginginkan suaminya. 

“Aku sangat menyesal menyanggah pemikiranmu,” Anna mengambil gelas berisi cairan merah lalu menyesap perlahan, gerakannya gemulai, terkesan anggun dan hati-hati, “tetapi, tidak satupun manusia yang suka membicaran orang yang dicintainya kepada orang asing,”

“Hei, cinta kami sangat privasi,” lanjut Anna,

Artinya, Lisa hanyalah orang asing yang berusaha masuk diantara mereka, berniat memutus tali antara dirinya dengan Zeean Vllouren. Sungguh menjijikkan dan rendahan.

Mendengar hal itu, Lisa geram bukan main. Predikat yang bergelar dibelakang namanya sebagai keturunan Rich membuatnya tidak bisa bersikap sembrono, apalagi didepan khalayak umum. Akhirnya, dia melukis senyum halus, menekan kedongkolan.

“Oh benarkah, kupikir seorang pria yang mencintai, tentu lebih suka memamerkan  pasangannya kepada siapapun, seolah mereka sangat bangga karena mendapatkannya,” Lisa melirik Zeean, “dia memang pria yang berbeda,” apalagi jika diranjang, sambung Lisa tak dikeluarkan melalui lisan, hanya  berekspresi penuh kekaguman.

“Ya, dia berbeda. Itulah daya tariknya, maka dari itu aku selalu mencurigainya berselingkuh,” Ucapan Anna keras dan serius sehingga tamu lain tertarik dan mulai memperhatikan, tetapi beberapa detik kemudian, dia tertawa.

“Mengapa wajah kalian tegang begitu?” Anna terkekeh lagi, dia melihat Lisa yang kehabisan kata-kata, dan Zeean hanya terdiam.

Lisa ikut tersenyum kaku, dia berdiri lalu berkata, “silahkan bersenang-senanglah, aku perlu menyapa tamu lainnya,” dia pergi, tak menghiraukan tatapan aneh orang-orang, huh wanita jalang, umpatnya. Bikin malu saja. Kalau bukan karena ingin menjaga nama baik keluarga, akan dihabisinya wanita itu. sayang sekali.

Ada sesuatu diantara mereka, Anna tahu betul. Hubungan special yang mungkin sudah lama terjalin. Dia menyesal tidak menyadap Zeean Vllouren menggunakan perekam suara.

“Ada apa denganmu? Jangan bersikap gegabah,”

“Gegabah? Aku? Bukankah seharusnya aku yang perlu memperingatimu?”

“Dia hanya teman,”

Pembual! Anna mendengus, “teman ranjang?”

Zeean menggertakkan giginya, “kau sangat kekanakan?”

“Mengapa? Kau akhirnya tertarik dengan wanita lain?” Anna menatap Zeean sarkasme, “apakah kali ini kau akan melindungi wanita itu dari kekejamanku?”

Zeean memindai fokusnya, seolah jengkel melihat wajah Anna. Perubahan emosionalnya nampak tak wajar. Anna baru kali ini menyaksikan kegelisahannya. Saat tak mendapat respon, dia ingin lebih banyak mengoceh, tetapi deringan ponsel pria itu menghentikan perdebatan mereka. Zeean mengakat tangan, mengisyaratkan Anna untuk berhenti bicara, lalu dia bangkit dari kursi,  meninggalkan Anna dengan langkah tegas setelah berkata, “sebentar,” kemudian melangkah ke titik yang hening, supaya kebisingan pesta tidak menghalau komunikasinya dengan orang diseberang.

Bersamaan dengan langkahnya, suara berwibawa memenuhi aula, semua pasang mata termasuk Anna, melihat kearah panggung, dimana berdirilah seorang pria berkepala lima, berpenampilan necis dan rapih. Dia tersenyum simpul, menyapa para hadirin. Dia berterimakasih kepada semua orang yang hadir. Sudah jelas, dia adalah tuan rumah pesta ini, Billy Rich.

“Bersenang-senanglah…” pria penuh intrik itu turun usai berpidato penuh semangat, denga iringan tepuk tangan meriah.

Dalam keramaian, Anna merasa sendirian, kesepian dan agak canggung. Sebab tidak ada satupun yang terlihat familiar dimatanya. Dia sesekali melirik Zeean yang masih sibuk dengan androidnya. Dirinya mengira kalau, pria itu sedang mendiskusikan masalah pekerjaan. Dasar pria workaholic, rutuknya pelan.

Anna memojokkan diri, berdiri menyaksikan para pasangan tua dan muda yang asik berdansa. Begitu menyedihkan, Zeean Vllouren meninggalkannya selama dua puluh menit, membiarkan Anna kesemutan dan linglung sesaat. Beberapa pria berusaha mendekat, mengobrol dan mengajaknya menari. Namun, tak satupun dari mereka yang berhasil memikat. Hanya ada satu pria yang dia harapkan, yaitu Zeean Vllouren, yang ternyata sudah menghilang entah kemana.

Anna mulai menajamkan pandangannya ke seluruh tempat, namun tak juga melihat batang hidup pria itu.

Sampai suatu pemikiran gila masuk ke dalam pusat tubuhnya, otomatis kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, berupaya menemukan wanita jalang itu, Lisa Rich. Lalu menyadari bahwa keduanya telah.       menghilang.

“Mungkinkah…” Anna bergumam curiga. Kakinya yang sudah mati rasa kini bergerak, berniat pergi mencari suaminya. Jangan-jangan mereka sedang bersama saat ini, Anna tidak ingin dibodohi. Kalian pikir baru kali ini Anna menghadapi wanita liar dan sombong yang tergila gila kepada Zeean Vlllouren? Huh, mari kita mulai.

“Hei, kita bertemu lagi,” nada pecah seorang pria mengubah perhatian Anna.

“Ini suatu takdir,” Petter bahagia, perasaan itu tidak disembunyikan, bahkan sangat jelas melalui netra besarnya.

“Takdir sial,” desis Anna, pelan tetapi tajam, menggores hati Petter.

“Sudah kuduga, kau memang sinis,” Petter merapihkan dasinya, hari ini dia mengenakan tuxedo pilihannya yang tidak pernah mengecewakan, “wanita galak memang yang paling menantang,”

“Apa yang kau lakukan disini?”

Tawanya meledak, Petter geli dengan pertanyaan wanita itu. jadi, apa yang dia lakukan disini? Tentu bukan hal anehkan? Dia adalah pewaris Luviar, itu hal yang lumrah. Yang ganjil adalah kehadiran wanita itu, mengapa dia datang kesini? Apakah dia akrab dengan keluarganya? Itu sangat mustahil.

“Aku yang seharusnya bertanya,”

Anna menyipitkan matanya, “terserahlah, aku tidak peduli,”

“Hei, aku tidak membual. Aku memang terlahir kaya,” Petter mendekat, berbisik ditelinga merah muda Anna, melalui nafas panas menggebu, dia berucap pelan, hingga pori-pori Anna terbuka karena sapuan lembut dari nafasnya.

“Aku adalah keturunan Rich, yang akan menggantikan posisi pria tua tadi,”

Petter mundur, namun bukan menyaksikan wajah terkejut Anna, dia menemukan raut datar, bahkan Anna tidak berkedip sama sekali. pribadi yang dingin, rutuk Petter dalam hati.

“Enyah! Jangan menggangguku,”

Dia menabrak pundak kokohnya, baru saja tungkainya berjalan tiga langkah, speaker besar berdenging. Kemudian suara pecahan benda beling mengikuti, pesta dansa terganggu, para psangan melepaskan tautan, music merdu terhenti, akhirnya, semua bertanya-tanya apa yang telah terjadi.

“Aku sudah memperingatimu, jangan membuat masalah,” itu adalah nada keras seorang pria.

Anna mematung, hatinya berdebar mendengar suara yang taka sing. Bukan tidak asing lagi, melainkan dia sangat ingat, bahkan dari hembusan nafasnya.

“Aku tidak melakukan apapun!”

“Kau berusaha membuatnya curiga! Bagaimana jika dia mengetahui hubungan kita?”

“Lalu bagaimana jika dia mengetahuinya? Kau takut dia menceraikanmu?”

Tak lama kemudian, terdengar bunyi pecahan, beberapa mengira itu adalah vas yang sengaja dibuang ke lantai karena kemarahan.

“Kalau dia menceraikanku, aku hanya akan kehilangan satu wanita, tetapi jika dia menyebarkan hal ini ke semua orang. Kau akan kehilangan muka dan membuat malu keluarga Rich, dan semua orang akan meninggalkanmu,” ucapannya terhenti, “aku menghentikan tingkahmu sebab khawatir dengan masa depanmu!”

“Hei, aku pikir wanita itu adalah anak bungsu tuan pesta,”

“Tidak mungkin!”

“Ini sangat aneh, sejauh aku mengenalnya, dia wanita baik-baik,”

“Menjijikkan,”

“Ini mengingatkanku pada sejarah,”

“Ah maksudmu Rachel Rich?”

“Kau benar, dia adalah isteri kedua Billy Rich, ada kemungkinan kalau mereka sudah berhubungan sebelum kematian isteri pertamanya,”

“Sudah-sudah, jangan membicarakan orang mati, mungkin ini hanya pertunjukkan,”

“Ya, dia wanita dengan kualitas terbaik, tentu tidak akan melakukan sesuatu tak bermoral seperti itu,”

“Kau benar,”

Mereka terus berdiskusi, bergunjing pelan, namun suara mereka masih tertangkap samar-samar. Tetapi, dalam perbincangan itu, tidak ada satupun yang mampu Anna kelola, kepalanya pening saat ini, dia menahan kepalan, urat tipis didahinya menonjol.

“Lisa, aku sangat mencintaimu, kau harus mengerti,”

Hingga akhirnya, kalimat ini mengklarifikasi dan membenarkan afirmasi para hadirin. Bukan hanya tercium baunya, bangkainya pun sudah ketemu. Hubungan gelap antara pria misterius dan wanita pewaris kaya raya yang terkenal rendah hati, kini menjadi topic yang layak dibicarkan.

“Sudah ku bilang, terkadang iblis terlahir di keluarga baik-baik,”

“Menjijikkan!”


Anna tidak menemukan Zeean Vllouren. Namun menangkap suaranya yang berat dari speaker. Mereka hidupb ersama selama bertahun-tahun. Tentu Anna sangat gat mengenal suara itu.


Dibalik punggung Anna, Petter tersentak, dia hampir terselak ludahnya sendiri. demi neptunus, adik tirinya ternyata perusak rumah tangga seseorang. Itu adalah hal paling memalukan dalam sejarah klan Rich. berpaling, inderanya menangkap tubuh belakang Anna yang bergetar, tangan wanita itu memerah dengan nafas tersengal, agak janggal. Apakah wanita itu sedang sakit?

“Kau-“

Percakapan terhenti, seseorang telah mematikan speaker. Dari kejauhan, tedapat wanita dengan busana glamornya, berdiri diatas panggung. Dia memadukan warna merah pada penampilannya, yang langsung menarik pandangan. Dia tersenyum tiga jari, ekspresinya menawan dan berkilau, seolah kejadian memalukan yang mengumbar aib keluarga bukanlah hal penting. Sebab dia adalah cahaya cahaya yang paling penting disini. Menerangi dan menghangatkan hati orang-orang.


“Itu adalah kesalahan,” dengan menampilkan aura gemulainya, wanita berumur yang masih terihat ayu itu melanjutkan, “maafkan kami atas ketidaknyamanan ini,”

“Baiklah, karena dansa terganggu, mari kita lanjutkan sekali lagi,”

Mereka terdiam, saling memandang penuh arti, lagipula, dikondisi seperti ini, bagaimana mungkin mereka bisa bersantai, tentu saja pesta berlanjut, namun akan selalu adalah obrolan pelan mengenai adegan tadi. Bagaimanapun, aib seseorang yang tersebar akan selalu menjadi topic paling menggoda untuk dibicarakan, atau dilebih-lebihkan.

Disudut paling sepi, Billy berwajah keras, dia menggertakkan geraham, pipinya mengetat menahan kemarahan. Sementara isterinya, Rachel Rich yang sudah turun dari panggung, mengusap belakang tubuh suaminya untuk menenangkan meskpun sebenarnya itu tidak berguna sama sekali. faktanya, kesabarannya setipis tissue yang tebagi seratus, jika saja dirinya tidak dihadapan tamu-tamu penting, sudah dihukumnya Lisa Rich.

Lain dari yang lain, Anna merasa kerongkongannya kering, kakinya seolah tak berpijak pada lapisan bumi. Sebuah ingatan episodic menghantui, menghancurkannya sekali lagi, bukan hanya melalui mimpi, namun terjadi hari ini. dia seharusnya sudah membuat tameng untuk diri sendiri, menjaga benteng pertahannya agar tak tersentuh lagi. tetapi saat ini, akhirnya alam bawah sadarnya bekerja, kenyataan bahwa traumanya tidak pernah sembuh, serta orang yang menciptakan kesakitan itu hadir membuatnya hancur dengan lebih dasyat, menghunusnya dengan akurat.

Sebuah kalimat salah seorang tamu memasuki gendang telinganya seperti angin kematian, “dia adalah isteri kedua Billy Rich, sangat cantik bukan? Dia terlihat awet muda setiap tahunnya. Apakah itu pengaruh air dan pil Luviar?” 

Rasanya Anna hampir mau pingsan, setelah tak sengaja menguping beberapa obrolan para wanita sosialita disampingnya.

 memang dibeberapa kesempatan, atau ketika dirinya terbangun dari mimpi buruk tentang kenangan masa kecil, dimana ibunya membuang dirinya seperti sampah, dia selalu membayangkan mengenai pertemuan mereka suatu saat nanti. Bagaimana jika Tuhan mempertemukanya dengan wanita itu lagi? Apakah mereka benar-benar bisa bersatu, atau menjadi musuh satu sama lain.

Dan apakah dia benar-benar bisa melupakan trauma itu?

Andai mendapat peluang, Anna ingin bertanya, alasan Renata Zorka memilih untuk meninggalkannya setelah bersusah payah melahirkannya.

Dan Tuhan memberikannya kesempatan, untuk menatap, bertanya atau menyaksikan kebahagiaan wanita itu, lewat malam yang terasa panjang ini. serta dia menemukan jawaban, bahwa sebenarnya, dia tidak pernah sanggup melupakan rasa sakit itu, sebab sudah tertanam sejak Renata meninggalkannya bersama pria asing yang menyeramkan. 

Kebenciannya begitu membara, hingga seluruh tubuhnya menggigil menahan kesakitan. dia berusaha menjaga posturnya, namun getaran di jari-jemarinya tak bisa berbohong. Kemarahan, kekecewaan, kesedihan, dan kebencian berputar diperutnya, menghasilkan gejolak hebat. Anna menutup mulutnya, menghalau suara aneh yang keluar, itu adalah rasa mual karena menahan banyak emosi. raganya terguncang oleh realita. Dia berlari, selaput putih netranya memerah menciptakan urat-urat tertekan, tidak peduli bagaimana, dia ingin cepat-cepat tiba di kamar mandi.

Sesampainya disana, dia membuka keran wastafell, berniat membuang segala yang ada di pencernaannya. Bekali-kali berusaha memuntahkan, tetap tidak mengeluarkan apapun kecuali air liurnya saja.

Anna frustasi, wajahnyas seperti kepiting rebus, hatinya tertindih, untuk menghilangkan sesak di dada, dia memukulnya beberapa kali, kemudian tersenyum pada cermin, air yang mengandung banyak sekali emosi kini mengalir, ekspresinya kini terlihat menyedihkan. Bukankah sudah cukup, tidak hanya suaminya berselingkuh, tetapi juga kini dia telah dipertemukan oleh sumber kemalangannya. Yang lebih ironi, selingkuhan suaminya, adalah seorang wanita yang memeliki hubungan darah dengannya. Luka yang belum kering, kini tertumpuk oleh luka baru lagi. 

Dluar pintu, Petter mematung, sayup-sayup mendengarkan suara muntahan seseorang. dia sangat khawatir, dan merasa gugup ketika menunggu Anna keluar. Rasanya ingin masuk namun itu adaah empat khusus para wanita. Sungguh memalukan jika dirinya tertangkap, bagaiaman jika ada gossip tentang dirinya yang berusaha masuk di toilet wanita. Dia tidak ingin ada sebuah tajuk berisi “ Petter Rich, ternyata pria cabul.”

“Ah persetan!” dengusnya pelan.

Umurnya tidak akan lama lagi, dia tak mau menulis sejarah menjijikkan itu pada biografinya.

Terlalu banyak berpikir, tanpa sadar pintu toilet terbuka, Anna keluar dengan jejak penderitaan, Mata dingin yang biasa ditampilkan, kini hanya berisi kekosongan. Jiwanya seolah telah terganti, nafasnya bahkan masih tak beraturan, upaya untuk terlihat baik-baik saja akhirnya gagal, usai melihat Petter Rich yang sedang beridiri dengan raut kegelisahan.

“Apa kau benar-benar anggota keluarga rich?” Anna mendekat, menatap dalam pria itu.

Petter tidak paham, mengapa ini menjadi persoalan utama yang keluar dari bibir pucat Anna, setelah sebelumnya wanita itu bahkan tidak pedui dengan asal-usulnya.

“Ya,”

Anna tergelak, namun ekspresinya terlihat tertekan. Ini seperti reaksi yang ditampikan Petter ketika mengetahui penyakitnya. Petter mulai empati.

“Aku terlalu bingung,” Anna menghela udara panas, “apakah ini ujian, atau hukuman? Mengapa tak juga berkesudahan?”

Mengapa Orang-orang yang dia cintai, selalu menyakiti. Rasa cintanya sungguh tidak berarti, mereka dengan mudah menginjak-injak atau meludahi. Begitu banyak kasih telah dia tumpahi, namun tak ada satu pun yang mau menghargai. Mereka, Zan Alyaz dan Renata Zorka, dua nama yang selalu muncul diotaknya, ternyata hanyalah pemberi luka terbaik yang tidak pernah terganti.

Bukan hanya Anna, bahkan Petter juga bingung, dengan kondisi wanita itu.

“Apakah sesuatu telah terjadi?”

Bulu mata lentik Anna bergoyang, dia tidak menyahut, malah mengambil langkah, meninggalkan Petter yang masih mengerutkan kening, menyaksikan pundaknya yang semakin mengecil, tertelan oleh jarak.


TBC





Senin, 03 Januari 2022

GIRL IN THE DARK BAB 39. Cincin Pernikahan

 

Halo, ini bagian 39 ya, selamat membaca...


Story Begin


_______________________________________



Tiga jam sebelum keberangkatannya ke wilayah Slovenia, Alina Alaxander mengunjungi rumah sakit, tempat Will Whitson berada. Dia melangkahi lantai demi lantai rumah sakit, seraya menyentuh jari manisnya, dia harus segera melepas cincin itu_dan Will Whitson. Tidak semudah  menarik benda bersifat emas ini dari jemarinya, merelakan pria itu terasa sukar. Namun, dia tersenyum kaku, berupaya menyemangati diri sendiri.

Ketika betisnya berhenti didepan pintu ruang yang sangat dihafalnya, dia memandang Will dari kaca tembus berbentuk persegi pada papan pintu. Pria itu sedang terlelap tenang, sangat tenang sampai Alina tidak sadar dirinya telah terhipnotis oleh ketampanan tidur, dan membawa tubuhnya disisi pria itu.

Alina memperhatikan dalam kesuraman malam yang menggerogoti kamar, dia mencoba menyimpan proporsi wajah memikatnya, berusaha menahan keinginan untuk merasakan kulit pria itu dibawah telapak tangan sungguh sulit sekali, lagipula dia takut sentuhannya akan membangunkan. Kalimat seperti apa yang keluar dari lidahnya saat pria itu menanyakan siapa dirinya? Alina tidak mau memperkeruh suasana jernih ini.

“Aku mencintaimu,” jadi apa? Dia hanya bisa mengutarakannya dalam kegelapan dan keheningan.

Lima menit berlalu, Alina menendang udara panas dari raga, dia beralih pada meja disamping ranjang putih, lalu mulai menarik cincin emas silver dari jarinya, namun entah kenapa terasa keras. Dia berusaha sekali lagi dan seterusnya sehingga mengeluarkan lenguhan kesusahan, membuat Will mengerutkan kening dalam tidurnya. Melihat pria itu hampir siuman, Alina langsung berjalan keluar pintu dan akan melarikan diri ketika suara parau menghentikan langkahnya.

“Siapa kau?”

Alina mengambil nafas berat lalu membuangnya, dia terlalu sembrono sehingga hal yang ditakutinya menjadi kenyataan. dia memaksakan senyum, dan berbalik, “aku salah kamar, maaf mengacaukan istirahatmu tuan.”

Will terdiam, diantara keremangan ruang, dia tidak bisa melihat dengan pasti wajah gadis dihadapannya, dan tidak mau ambil pusing mengenai kejadian ini, lalu berseru dingin, “jangan lupa tutup pintunya kalau begitu.”

Alina melihat pria itu membalikkan tubuh, punggung kokoh yang terbiasa didekapnya, kini menguarkan kedinginan, menghempaskannya pada dasar tanpa harapan. Betapa rindunya dia menyentuh pundak itu, tetapi sekarang, bahkan beberapa bagian tubuhnya terasa sangat asing.

Sebelum air kesedihan jatuh, dia segera membuka pintu dan berjalan keluar, keluar dari hidup pria itu. dan memutuskan dalam hati, sambil memandang lingkaran logam dijari manisnya, “sangat sulit dilepas, maka aku akan membiarkannya sementara waktu.” 

Padahal, disudut perasaannya, dia tidak bisa menyerahkan cicin itu. jika Will tidak mengingat Fania, artinya dia pun melupakan pernikahannya, termasuk emas ini. Dia hanya, akan menyimpannya untuk menjadi sebuah kenangan, entah menyenangkan atau menyakitkan. 

Saat melihat lingkaran dijarinya, dia akan mengingat cintanya yang tak berarti bagi pria itu. bahkan dalam kematiannya, dia masih menyentuh benda itu dengan penuh kasih.



_______________________________



Alexander berlari tergopoh-gopoh begitu membaca berita tentang kecelakaan pesawat Airlines yang dimana putrinya mendaftar sebagai salah satu penumpang. Dia terus mengambil jalan meski pundaknya menabrak beberapa perawat atau bagian-bagian penting rumah sakit umum yang terletak dekat dengan lokasi kejadian, dan dia berteriak frustasi sambil mencari, “Alina!” seruan kerasnya mengganggu kedamaian pasien yang sudah tenang setelah mendapat bius karena tingkah impulsive berlebihan mengenai kecelakaan itu.

Dia kehilangan kendali, mengabaikan Miah dan Angella yang meneriakinya dari belakang. Mereka menarik perhatian salah satu ketua Tim penyelamatan yang kebetulan berada disana untuk mengantar korban lainnya. 

“Tuan? Siapa yang kau cari?” Tanya Andrew Choi, keletihan pada romannya sangat kentara, tetapi hatinya yang tulus menolong selalu nampak di lensanya.

“Putriku! Aku mencari dia! Putriku! Dimana dia!?” Alex bak kebakaran jenggot.

“Atas nama siapa tuan? Kami akan membantumu mencari,” pria berusia tiga puluhan itu memegang kedua sisi tubuh Alex, tatapannya memberikan asa bagi setiap insane.

“Namanya Alina Alexander, dia putri kami,” Miah menjawab lebih dahulu, karena tahu suaminya sedang tidak bisa diajak kompromi.

“Baiklah, kalian tenang saja, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan seluruh korban yang menghilang. Kami akan segera menghubungi kalian jika menemukannya,” jawab Andrew.

Alex runtuh, jiwa dan raganya lemas, dia terisak dengan penyesalan, dia mementingkan diri sendiri sehingga kehilangan kedua putrinya. Andai dia mengangkat teleponnya waktu itu dan mengetahui kepergiannya dari Negara ini, dia pasti akan menghentikannya walau masih murka, bagaimanapun dia putrinya. Nasi sudah menjadi bubur, Alex hanya bisa menunnggu pengumuman penemuan putrinya.

“Jaga dirimu baik-baik,” dan itu adalah kalimat terakhir yang didengarnya dari gadis itu, putri pembangkangnya. Alex sangat merindukannya, dan akhirnya dia menangis lagi.

Suasana rumah sakit sangat marak akan jeritan, tangisan, suara mesin kesehatan, ketuk kaki para keluarga korban dan para anggota kesehatan. Lirihan penderitaan dari para korban sangat menyayat hati, beberapa yang masih diberi kesempatan hidup, tidak ada yang memiliki kondisi fisik yang utuh, rata-rata akan berakhir cacat dan menyedihkan.

Para dokter dan asistennya kewalahan dan kelelahan, mereka tahu bahwa kondisi ini pasti bertahan sampai berhari-hari. Mereka akan menghabiskan waktu disini dan jarang kembali ke rumah.

Dan estimasi itu benar, karena selama sepuluh hari pencarian, dari tiga ratus Sembilan puluh dua yang menghilang, kini sudah ditemukan sebanyak tiga ratus lima puluh satu, dimana empat puluh satu penumpang masih belum timbul ke permukaan laut. Karena masa pencarian telah melewati  batas, dan sisa jenazah masih belum membuahkan hasil, Tim penyelemat segera menyudahi pekerjaan mereka di perairan Adriatik sesuai aturan yang berlaku.

Alex yang mendapat kabar kalau Tim SAR berhenti melakukan observasi, segera menghampiri Andrew yang memang masih di lokasi penginapan. Dia membalik kasar pundak pria itu dan memukul wajah mempesonanya selama berkali-kali. Keributan tersebut menarik perhatian dan menambah keresahan bagi orang-orang, anggota keamanan langsung menahan.

“Kau berjanji untuk menemukan putriku apapun yang terjadi! Sekarang dimana dia!” Alex bersuara keras, kemarahan dan kesedihan tercetak di muka kurang kolagennya.

“Kau membohongi orang-orang, dan berjanji serta memberi harapan palsu untuk keluarga korban hanya untuk menenangkan! Kau sampah! tidak becus! Segera keluar dari pekerjaanmu!”

Andrew mengusap darah diujung bibirnya, dia tidak berusaha melawan atau membela diri. Lagipula, ucapan pria didepannya memang realita, dia tidak kompeten, tetapi itu semua karena aturan tertulis dalam pekerjaannya, orang-orang seperti Alexander tidak akan mengerti apapun.

Petugas hampir meloloskan Alex, karena pemberontakannya yang besar, namun bisa digapainya kembali. Pria itu terisak lagi, dia kehabisan tenaga dan mulai berhenti bersikeras menyerang Andrew, dia kekurangan nutrisi sebab frustasi, dan terjatuh pingsan.

Jauh dari area yang sesak dengan jeritan kesedihan dan permohonan, timbul pulau kecil yang tidak berpenghuni, hanya terdapat sebuah pohon kelapa tanpa buah, pohon tersebut seperti tidak sengaja tumbuh, Tuhan membiarkannya hidup sendiri untuk menghindarinya dari kekacauan tangan manusia. Betapa Dia mencintai mahkluk ciptaannya.

Dipinggir pulau itu, terdamparlah potongan daging manusia, dari siku sampai ujung jari. Benda itu sudah memucat dan membengkak karena air asin yang terserap pada lubang tempat ekskresi mahkluk hidup, pada setiap sisi menampilkan parasit-parasit yang suka mengambil keuntungan untuk bertahan hidup. Meski hanya sepotong lengan, namun membuat suasana pulau mungil dan indah itu menjadi agak menyeramkan. 

Air ombak bertambah keras dan mendorong benda bau dan amis itu mendekat ke akar pohon, sehingga berubah posisi, dan nampaklah sebuah cincin emas berwarna silver yang telah pudar diantara pangkal jari manisnya. 

Itu adalah cincin pernikahan.



END

Akhirnya selesai juga xixi, untuk bab tambahan mengenai kondisi Will Whitson, aku bakal up besok ya di wp nya langsung, bukn di blog lagi. See you~








Jumat, 24 Desember 2021

GIRL IN THE DARK Bab 38. Menyerah


Halo, selamat datang di blog aku ya, dan selamat membaca ceritaku yang berjudul GIRL IN THE DARK pada BAB 38.

Story Begin*

________________________________________


“Ayah,”

“Ayah,” 

Alina sudah meyakinkan diri untuk mengatakan banyak hal dalam pesan suara, tetapi yang keluar hanyalah kata-kata singkat. Dia kesal pada Alex, namun rasa cinta seorang anak tidak pernah hilang. Salah satu tujuannya kembali ke tenah kelahiran adalah untuk menemui pria itu, dan meminta maaf karena tidak pernah mengunjungi. Keinginan tersebut tidak tersampaikan hingga kini, dan malah membuat ayahnya membenci.

“Jaga diri baik-baik,” dia membeku dalam satu menit sebelum mematikan sambungan.

Apakah pilihannya benar?

Pertanyaan itu terus berputar diatas kepalanya seperti kereta di area permainan, bergerak dan menimbulkan keberisikan, mengacaukan pikiran. 

Alina mengawasi orang-orang berbeda kulit didepannya saat ini, dia sekarang berada di kursi Bandar udara dengan kopor besar dan niat yang kecil. Ditengah keramaian, Alina merasa sepi dan tidak diinginkan. Atau lebih tepatnya, kehadirannya memang tidak sepenting Fania. 

Orang-orang berlalu lalang, beberapa saling berpelukan untuk mengobati rasa rindu yang akan datang, bersama kekasih, teman atau keluarga. Calon penumpang tersenyum riang, namun yang akan ditinggalkan memperlihatkan raut kesedihan. Ada tangis namun ada juga kebahagiaan, hanya Alina yang duduk sendirian, bahkan bangku disegala sisinya hampa dan berdebu, orang asing pun tidak ingin menemaninya.

Kadang-kadang, mata Alina menyisir seluruh tempat, refleks mencari keberadaan seseorang, entah siapa, setidaknya ada manusia yang akan merindukannya jikalau dia terbang. Namun nihil, dia tertawa miris tentang betapa ingginnya dia dibutuhkan.

Alina menatap jari-jari kakinya yang kecil, ketika pengeras suara memberitahu penerbangan akan segera dilakukan, dia bangkit dari duduk, meninggalkan hawa panas dikursi, dan mengsugesti diri sendiri. Meraup lantai sambil mengeratkan pegangannya pada gagang kopor, dan kegoyahan hatinya menghentikan langkahnya, dia menoleh kebelakang lalu berbalik arah, namun high hils nya patah sehingga membuat dirinya terjatuh. Banyak sekali yang menyaksikan kejadian itu tetapi tidak ada satupun yang berniat menolong.

Alina masih berada diposisi yang sama, apa yang menganggu pikiranmu? Apakah kau ingin kembali pada mereka? Kenapa kau memutar arah? Dia bertanya kasar dalam kesadarannya.

Tidak ada yang mencintaimu! Mereka akan melukaimu! Realisme menabrak Alina, dia langsung menangis didepan khalayak ramai, air mata yang ditahannya kini keluar tanpa jeda. Dia terisak-isak seraya meremas dadanya, semua insane memperhatikan tetapi Alina segera berteriak, “aku terjatuh, dan sepatuku rusak! Ini sangat mahal, sungguh membuatku terluka!” tangisannya bertambah kencang, dia memukul dadanya untuk mengaburkan rasa sesak. Dia terluka, tetapi ingin semua orang mengira kalau tangisannya hanyalah karena sepatu.

“Gadis gila,” batin setiap orang.

Beberapa menit kemudian, dia termangu, tenggorokannya sakit dan netranya pusing karena boros dalam mengeluarkan air mata. Bibirnya begetar dan suaranya tercekat, sampai saat ini masih masih belum ada manusia yang membantunya berdiri. sehingga dia berinisiatif  bangun sendiri diantara orang-orang yang telah hilang simpati. Menangis seperti ini malah tidak membuatnya lega hati.

Belakang lututnya kaku dan sakit, tetapi dipaksakan tegak, Alina mengambil langkah lagi, sekarang dia sudah memantapkan hati untuk tidak menoleh kebelakang lagi. Dia berjalan, membayangkan menapaki kaki menuju ruang operasi, dagunya terangkat tinggi, dan ketika sampai depan pintu pesawat dia melihat salah satu pramugari yang sibuk mengambil tiket, dia berimajinasi kalau pesawat itu adalah tempat dimana dia melakukan proses pembedahan pada pasien-pasiennya, dan pramugari tersebut adalah asistennya dalam menangani operasi.

Alina menyerahkan tiket lalu masuk setelah menaruh barang-barangnya pada mesin jalan, dia mencari nomor kursi dan mendudukinya setelah dapat, karena dia membeli tiket kelas umum, jadi disini terasa pengap dan muncul aroma berbeda-beda. Alina berusaha memejamkan mata, dia ingin menikmati kepergiannya. Sedangkan disebelahnya, terdapat pria paruh baya yang sibuk membaca Koran, kakek itu tidak melirik Alina sedikitpun.

Pilot mulai mengendalikan sambil berbicara yang hanya dia dan orang dibalik earphone yang memahaminya, perlahan tapi pasti, pesawat mulai lepas landas setelah para pramugari melakukan pengecekan dan pengarahan demi keselamatan penumpang, dan Alina mengikuti prosedur mereka. 

Pesawat pun terbang dari rendah menjadi tinggi, dan melambung lebih tinggi lagi sampai bumi hanya memperlihatkan warna biru dan hijau. Bagi orang yang baru pertamakali mengalami lepas landas seperti ini, pasti sangat keakutan, Alina sendiri sudah terbiasa dengan tahapan tersebut, dia menyukai getaran semacam itu. Kebetulan  Alina mendapat kursi didekat jendela, jadi dia mampu menyaksikan ketakjuban planet biru. Dia juga senang menonton kapas-kapas putih berterbangan yang mengahasilkan turbulensi yang mengejutkan hati.

Meninggalkan Nick, Will, Alex, Miah dan lainnya, Alina ingin terhindar dari kegusaran itu, dia ingin beristirahat damai, setenang langit tanpa kicauan.

Dalam sekejap, dia terhanyut dalam mimpi, melayang-layang disebuah tempat yang sulit Alina jelaskan. Dia melihat semua orang berseru senang, mereka merayakan sesuatu yang tidak dapat Alina pahami. Mereka memainkan music, bernyanyi serta menari. Bersama mereka, Alina melupakan segalanya. Will Whitson, Nick Whitson, Nyonya Markiee, Fania Whitson, Mike Angello, Firz De Vincent, Maria Stinly, dan Sarah Amberilla terasa kabur dalam ingatannya. Jadi apa? Tidak ada yang mengenal dan mencintainya disini, tetapi semua orang bergembira ria tanpa harus tahu nama. Saat merasakan pancaran kesenangan dari mereka, Alina sadar bahwa dia tidak memerlukan cinta dari Will Whitson, Nick Whitson atau Alexander. Dia akan menetap disini dengan orang asing yang mustahil memberinya luka.

Dia memutuskan untuk tidak bangun dari bunga tidur ini.

Bukan hanya di dunia nyata, bahkan dalam mimpi Alina sekalipun, kebahagiaan diciptakan hanya untuk sementara. Sistem penderangannya kini tidak mendeteksi ritme music, suara penyanyi dan ketukan menari. Gelap, waktu terasa lambat, satu detik seperti satu menit, satu menit seperti satu jam, dan seterusnya. Kesenangan yang baru saja dia rasakan, lenyap bahkan tidak meninggalkan ampas. Kesunyian disekitarnya membuat Alina mengalami kelumpuhan bersuara maupun bernafas, dia perlu beberapa menit untuk membuka mata.

Alina menyaksikan diantara kerasnya kukungan seat belt, bagaimana orang-orang mulai panic dan beberapa lepas dari kursinya. Mereka menjerit ketakutan, semua orang bergerak sesuai arah pesawat yang meluncur kebawah, saling berpegangan, Koran berterbangan, selendang dan topi melayang-layang, masih banyak peralatan penumpang yang diperboleh masuk bertebaran. Setiap kaca telah retak dan pecah, beberapa serpihan tajam menusuk wajah orang-orang termasuk Alina sendiri. Dia mengalihkan pandangan dan melihat kakek tua disampingnya tertidur pulas, seperti tidak terganggu pada situasi berbahaya saat ini. pria itu sangat tenang dan nyenyak, mungkin karena dia telah melalui banyak hal dan bosan didunia ini, akhirnya mengikuti garis takdir yang Tuhan berikan.

Alina melihat sisi lainnya, retinanya menangkap langit yang murung, angin bersatu dengan eleman lain untuk menghancur setiap bagian pesawat, mereka akan mati oleh kecepatan gravitasi yang memicu adrenalin sampai pada batasnya, jantung mereka berdegup dan beberapa pasrah, mulai masuk kepelukan Tuhan.

Alina menutup kelopaknya, bulu matanya bergetar, dia menangis tetapi air mata sangat cepat mengering pada kondisi ini. 

Dia telah mengetahui bahwa malaikat kematian disampingnya kini sedang mengambil ancang-ancang untuk menunggu roh nya terbang. Setelah menarik tambang dari kaki jurang untuk bertahan hidup, sampai telapak tangannya kasar dan berdarah karena kerasnya memegang tali, kematian tetap menghampiri.

Badan pesawat yang ringsek beberapa menit lagi akan jatuh dan menyentuh perairan bumi, berkolaborasi dengan makhluk laut dan terumbuk karang yang menyimpang banyak kehidupan hewan-hewan lunak dan beringsang.

Dimenit-menit itu, pusat tubuh Alina mengingat hal-hal yang telah dilaluinya, kematian Sandra, cita-citanya, pekerjaannya, kematian Fania, rasa cintanya pada dua pria sekaligus, yaitu Nick dan Will Whitson, menghadapi pembunuh gila dan berakhir dengan kematiannya. Semua menyerbu otak kanan, kiri, belakang, dan depannya dengan masing-masing pelajaran yang berbeda. Namun sekarang dia akan kembali pada Sang Maha Kuasa, apa yang bisa diambil dari kisahnya ketika masa pengadilan di akhirat nanti akan terlaksana, semua tentu sia-sia.

Mungkin tidak ada yang benar-benar mencintainya,

Mungkin kematiannya tidak berarti apa-apa,

Dan Will Whitson tidak akan memperdulikannya bahkan saat melihat mayatnya.

Alexander pasti lega dengan kematian anak durhakanya, karena pria itu hanya mencintai Fania.

Dia tahu, semua akan berakhir detik selanjutnya, namun kasih sayangnya pada Will Whitson dan Nick Whitson tidak pernah berakhir. Sepanjang hidupnya, dia mencari sosok laki-laki untuk mencurahkan rasa cinta, dan sekarang dia mendapatkannya, tetapi tidak untuk bersama.

Alina berteriak dengan tangis percuma diposisi yang tidak berubah, dia hancur bersama dengan puing-puing pesawat.

Dan tenggelam.

Air biru mengelilingi tubuhnya, semua orang berusaha berenang keluar, pramugari yang diberi kesadaran berusaha membuka pintu sampai membuahkan hasil, Alina menyaksikannya tetapi tidak berencana membuka seat belt.

Meskipun hidup dan mati, tidak akan ada yang perduli.

Jadi dia memilih berdiam diri, air semakin menyumbat lubang-lubang dalam tubuhnya, mata Alina memerah, tak mampu melawan kekuatan air yang marah.

Dia terlalu lelah.

Dan menyerah 

Tanpa tersenyum gundah.

Dia akan bercerita pada Tuhan, tentang cintanya yang masih basah.

Dia merasakan segalanya menghitam dan hampa, tetapi hatinya berucap yakin.

"Aku mencintaimu," dan kegelapan menjadi saksi perasaannya yang telah tersembunyi.

Ketika mencintaimu, hanya dapat kuutarakan dalam gelap,

Dan dengan kematian.


“Aku berjalan sangat jauh, hingga kaki ku melepuh.

Ku menoleh kebelakang, banyak sekali paku, 

Baru kusadari telapak kakiku memiliki banyak luka baru

Aku ingin berhenti, namun bekas luka ini tidak berarti apapun jika aku mati

Maka aku berlari lagi

Tanpa mengetahui,

Tujuanku berlari, untuk mati.”


TO BE CONTINUED


















 



 










aku lawan aku

Terdapat peperangan yang panjang dan takkan pernah usai, itu adalah perkelahian antara kau dan kau, kau dan kau, berdebat setiap saat, menge...